KISAH PERCINTAAN DATU MUSING DAN MAIPA
DEAPATI
http://chukelisha88.blogspot.co.id/2013_11_01_archive.html
Kisah cinta nan mengharukan antara Datu Museng dan
Maipa Deapati ini berangkat dari cerita rakyat yang sangat populer di kalangan
masyarakat Makassar, yang dituturkan oleh orang-orang tua kepada anak cucu
mereka, agar mereka dapat memetik hikmah dari pendidikan, perjuangan dan
kesetiaan. Begitu hebatnya cerita antara Datu Museng putra bangsawan kerajaan
Gowa dan Maipa Deapati Putri bangsawan Kerajaan Sumbawa ini tertanam di dalam
benak orang-orang Makasar, sehingga kemudian nama dari kedua tokoh legendaris
ini diabadikan sebagai nama jalan di Kota Makassar. Nama jalan itu seakan
sengaja dibuat berdampingan saling berdekatan seakan-akan Pemerintah Kota Makassar
turut merestui hubungan percintaan abadi mereka berdua. Jalan Maipa berada di
sisi kanan Hotel Imperial Aryaduta Makassar. Pada ujung barat jalan Datu
Museng, terdapat situs makam dengan dua nisan kayu yang bersanding kukuh, yang
konon katanya itulah makam kedua pasangan cinta ini dimakamkam, Datu Museng dan
kekasihnya Maipa Deapati.
Kisah percintaan Datu Museng dan Maipa Deapati ini
berawal ketika Addengareng kakek dari Datu Museng melarikan diri bersama
cucunya menyebarangi lautan nan luas menuju ke negeri Sumbawa, akibat dari
politik adu domba yang dilancarkan penjajah belanda di tanah Gowa, yang membuat
bumi Gowa bergejolak dan tidak kondusif lagi untuk dijadikan tempat tinggal
yang aman. Di Pulau sumbawa itulah akhirnya Datu Museng tumbuh menjadi seorang
yang dewasa dan bertemu dengan Maipa Deapati di sebuah rumah Pengajian bernama
Bale Mampewa.
Akhirnya tumbuh benih cinta dihati Datu Museng sejak
pertama kali melihat sosok Maipa Deapati yang anggun dan mempesona. Namun cinta
dari Datu Museng kepada Maipa Deapati menjadi sebuah cinta yang terlarang
karena Maipa Deapati telah ditunangkan dengan seorang pangeran dari Selaparang
Lombok bernama Pangeran Mangalasa. Setelah kakek Datu Museng mengetahui bahwa
cucunya mencintai Maipa Deapati, alangkah terkejutnya sang kakek. Sang kakek
merasa malu. Ia menganggap cucunya hanyalah sebongkah emas yang telah terkotori
oleh lumpur, sedangkan Maipa Deapati adalah Putri seorang bangsawan bak
sebongkah mutiara yang belum tersentuh dan tidak pantas disunting Datu Museng. Datu
Museng mengetahui bahwa cintanya kepada Maipa Deapati terhalang oleh tembok yang
kokoh, maka atas anjuran sang kakek, berangkatlah Datu Museng ke tanah Suci Mekkah
untuk berguru. Disanalah ia mendapatkan ilmu “Bunga Ejana Madina”.
Kepergian Datu Museng ke tanah Mekah ternyata
bukannya membuat kedua insan yang saling mencinta ini menjadi terpisah,
melainkan perpisahan itu malah semakin membuat ikatan hati antara keduanya
semakin kuat.
Selepas mendapatkan ilmu di tanah rantau, maka Datu
Museng pulang kembali ke Sumbawa dengan membawa rindu membara kepada Maipa
Deapati. Sesampainya di Sumbawa ternyata sang kekasih yang dirindukan dalam
keadaan sakit, dan Datu Museng pun mengobati Maipa Deapati dengan ilmu yang didapatkannya
dari tanah Mekkah. Mendengar kabar bahwa sang tunangan Maipa Deapati mencintai
Datu Museng, membuat perasaan cemburu di hati Pangeran Mangalasa bergejolak dan
tentunya sakit hati. Pangeran Mangalasa lantas bersekutu dengan Belanda dengan
tujuan untuk membunuh Datu Museng. Tetapi Datu Museng yang teramat sakti itu
tak dapat dikalahkan oleh Pangeran Mangalasa dan Belanda.
Akhirnya Datu Museng mendapat restu dari Sultan
Sumbawa, merekapun lantas dinikahkan dan Datu Museng diberikan pangkat sebagai
Pangllima perang. Belum beberapa lama menikah, berhembus kabar bahwa di
Makassar tengah bergejolak kekacauan yang disebabkan oleh pemerintah Belanda
yang berkuasa ditanah Makassar. Datu Museng yang telah menjadi panglima perang
itu kemudian kemudian dikirim ke Makassar oleh Sultan Sumbawa atas permintaan
Raja Goa untuk menyelesaikan masalah tersebut. Maka berangkatlah Datu Museng
dan istrinya Maipa Deapati ke tanah Makassar. Setibanya di Makassar, Datu Museng
mendapatkan tantangan lain karena Kapten dari Belanda itu justru mencintai
Maipa Deapati, dan melancarkan berbagai macam teror dan serangan kepada Datu
Museng untuk merebut Maipa Deapati dari Datu Museng. Akibatnya Datu Museng pun
terdesak akibat serangan Belanda tersebut. Namun bagi Maipa Deapati cintanya ke
Datu Museng adalah harga mati baginya, ia tidak mengijinkan seorang pun untuk
mengambilnya dari Datu Museng. Sang kekasih Maipa Deapati lantas meminta kepada
Datu Museng untuk membunuhnya, sebab cintanya kepada Datu Museng hanya untuk
Datu Museng seorang, ia merasa lebih baik mati daripada harus menyerahkan
dirinya kepada Belanda. Dengan sangat berat hati Datu Museng lantas mengabulkan
permintaan sang istri, iapun lantas menikamkan Badik pusakanya ke leher sang
kekasih tercinta. Setelah itu, karena rasa cinta yang dalam kepada istrinya
Maipa Deapati, Datu Museng pun lantas melepaskan semua ilmu ilmu yang
dimilikinya, membiarkan dirinya dibunuh oleh penjajah Belanda. Kisah inilah
yang terus dikenang oleh masyarakat Makassar hingga saat ini, kisah percintaan
Romeo And Juliet Versi Makassar. (sumber
: sumbawakab.go.id).-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar